Menyerah, itulah kata yang seringkali terlintas ketika sedang dalam keadaan tertekan dan putus asa. Menjalani hidup tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Pilihan sudah tidak menjadi sebuah pertimbangan, melainkan sebuah keharusan. Keharusan untuk mempelajari hal yang tidak digemari, mengerjakan hal yang tidak disukai dan hidup ditempat yang tidak diimpikan. Melanjutkan hidup bukan untuk mengejar cita-cita. Karena belum ada cita-cita yang ingin dicapai selama ini. Tak seperti orang lain yang memiliki cita-cita sejak kecil dan berusaha untuk mewujudkannya saat dewasa. Yang ada hanyalah serpihan harapan yang hanyut terbawa aliran waktu yang tak pernah berhenti. Nasihat dan pencerahan dari para pendahulu maupun mereka yang ahli sesekali memberikan energi positif untuk berpikir secara sehat. Memberikan semangat untuk memperbaiki keadaan dan mulai merajut cita-cita. Tidak ada kata terlambat selama masih diberi kesempatan untuk hidup.
Berkendara di jalanan Jakarta. Terpapar sinar matahari dan diguyur air hujan. Menghirup asap kendaraan dan tertusuk angin malam. Hiruk-pikuk kemacetan di jalan raya menjadi hal yang lumrah di temukan setiap hari. Namun ada yang berbeda dengan hari ini. Ditengah riuh kendaraan bermotor tiba-tiba jantung berdegup cepat. Seolah ada sesuatu yang menarik perhatianku untuk menoleh ke samping. Ya.. hari ini aku telah melihat serpihan kenangan dari masa lalu. Aku bisa merasakannya. Perasaan yang tak asing lagi. Tapi kenapa? Untuk apa? Apakah ini hanya kebetulan? Atau hanya halusinasiku saja? Entahlah.. Mungkin Tuhan ingin mengobati rindu. Atau bahkan Tuhan bermaksud menguji. Yang pasti tidak ada hal sekecil apapun yang luput dari rencana baik-NYA.